Permintaan sang Maestro Fisika
Sebuah gedung bekas bangunan belanda
nampak sangat ramai. SMA Charles De Gaulle, sebuah SMA termasyur di Jakarta.
Bangunan mewah, fasilitas lengkap hingga mempunyai lapangan golf eksklusif.
Raya berlari menuju taman. Disana ia duduk di sebuah bangku kecil yang indah.
“Ini si Akasa mana sih?” Raya
terlihat sibuk mencari Akasa.
Akasa Dinarga, seorang pria tampan,
gagah dan cerdas. Akasa selalu menjadi saingan Raya Parlovi dalam segala hal.
Mulai dari bidang akademik hingga non-akademik. Setiap kali Akasa mendapatkan
nilai 9 dalam ulangan, maka Raya akan berusaha mendapatkan lebih dari pada itu.
Mereka sangatlah kompak, bersaing dengan cara yang sehat. Raya seorang kapten
cheers dan Akasa seorang leader dari
ekskul basket. Saking akrabnya mereka, banyak orang yang mengira bahwa ke dua
orang itu pacaran. Memang, disetiap ada Akasa disitu ada Raya.
“Akasa!! Kamu aku tungguin dari
tadi. Kemana aja lo?” Gadis cantik itu memukul Akasa dengan buku fisika yang
dibawanya.
“Sori aku telat. Tadi soal fisika
itu lumayan susah. Jadii kamu gabakal bisa ngerjain deh pokoknya!” Akasa
menarik buku fisika yang Raya bawa.
“Eh eh, kamu bilang aku gak akan
bisa ngerjain itu? Kita buktiin ya, siapa yang bakalan dapet nilai 100. Rayaaa
Parloviii.” Raya mengoceh sambil memonyong-monyongkan bibirnya.
“Kalau nilai kamu lebih tinggi dari
aku, nanti aku bakalan traktir kamu di cafe biasanya deh. Sepuas lo,” Akasa
nyengir “tapi aku harap kamu tau ya kalau aku lagi bokek.”
Raya menyenggol tangan Akasa dan
tersenyum senang, “Aduuh sepuas aku pokoknya, aku mau nasi goreng LA, pasta, es
krimnya yang yummy itu terus terus aduuh pokoknya abis makan aku gak bakal bisa
jalan.”
“Raya! Kamu kalo pesen aturan dong!
Pokoknya kalau nilai kamu lebih jelek dari aku, kamu wajib traktir aku juga!”
Akasa berteriak sekencang-kencangnya. Raya terus berlari tanpa memberi jawaban
pada Akasa.
Beberapa hari kemudian saat hasil
ulangan fisika diumumkan, Raya dan Akasa sama-sama mendapatkan nilai 10. Keduanya
merasa senang sekaligus sedih. Andaikan ada nilai 11, pastilah mereka akan
berusaha semaksimal mungkin untuk meraih nilai itu.
Suasana kantin SMA Charles De Gaulle
sangat ramai. Menu yang disajikan beragam, bahkan bisa dikatakan kantin ini
seperti restoran bernuansa cafe. Saat Raya dan Akasa sedang asik menikmati
Lasagna kegemaran mereka, tiba-tiba mereka mendengar suara yang memanggil
mereka.
“Perhatian-perhatian, bagi siswa dan
siswi bernama Akasa Dinarga dan Raya Parlovi diharap keruangan kepala sekolah
sekaran. Terimakasih.”
Pengumuman tersebut membuat jantung
Raya berdetak semakin kencang. Darah Akasa berdesir sederas-derasnya. Mereka
mendapatkan tatapan heran dari teman-teman seisi kantin. Saat perjalanan menuju
ruang kepala sekolah banyak mata tertuju pada mereka. Seisi SMA Charles De
Gaulle sibuk menggosipkan mereka. Ada yang bilang Raya dihamili Akasa. Ada yang
bilang mereka menyelundupkan narkoba bahkan ada yang bilang bahwa mereka
melakukan pembunuhan. Nampak wajah mereka begitu lesu, lemas dan sangat tak
bersemangat. Akasa dan Raya sama-sama tak mengerti apa yang sudah mereka
lakukan sampai dipanggil langsung oleh kepala sekolah. Tentu saja bukan hal
sepele. Mungkin masalah besar.
Pintu ruang kepala sekolah dibuka.
Raya memasuki ruangan tersebut diikuti Akasa yang komat-kamit berdoa.
“Ahirnya kalian datang juga.” Suara kepala
sekolah membuyarkan keheningan dalam ruangan.
“Begini Raya, Akasa,” kepala sekolah
menoleh pada murid-muridnya. Dibuka selembar surat yang sedari tadi
dipegangnya.
“Kalian mendapatkan undangan untuk
mewakili sekolah ini maju ke ajang Olimpiade MAFIA se-dunia di Paris.”
Raya menatap Akasa dengan tatapan tak percaya.
Nafasnya kembali memburu.
“Bapak serius kami yang diminta
mewakili sekolah ini?” Akasa memastikan kembali.
“Bapak nggak salah orang kan?” Raya
menyahut pertanyaan Akasa.
“Tidak. Mulai nanti pulang sekolah mohon
kalian mempersiapkan diri. Nanti akan ada dosen-dosen dari National Univercity
of Singapore untuk melatih kalian.”
Akasa dan Raya keluar dari ruangan
kepala sekolah dengan perasaan lega sekaligus bangga. Mereka tidak menyangka
akan mendapatkan durian runtuh. Bisa jalan-jalan ke Paris gratis dan mengikuti
ajang bergengsi tingkat internasional. Teman-teman mereka sibuk bertanya apa
yang terjadi pada mereka. Namun kedua sahabat itu nampak diam dan tersenyum
saja.
Setiap hari Akasa dan Raya
digembleng mati-matian oleh dosen-dosen itu. Materinya tak main-main, super
banyak dan berat. Namun Raya dan Akasa tentu saja tak keberatan melewati
rintangan tersebut. Mereka belajar belajar dan selalu belajar dimanapun mereka
berada. Tiba saatnya mereka berangkat lomba, siap tak siap mereka harus
berjuang sebaik-baiknya demi SMA Charles De Gaulle.
Saat lomba, Raya semula unggul
diatas Akasa. Namun karena keteledoran Raya, Akasa berhasil menyahut skor gadis
blasteran itu. Mereka berhasil berdiri di semi final mengalahkan beberapa
negara seperti Jepang, German, bahkan tuan rumah sendiri Paris. Tiba di ajang
itu, ketenangan dan ketelitian menjadi suatu aspek utama untuk menuju ke final.
Akasa terlihat tenang dan menikmati lomba itu bak permainan.
Penentuan maju ke final diumumkan,
Raya tak bisa melangkah ke jenjang ini. Tinggalah wakil dari Indonesia Akasa ,
wakil dari Los Angles, dan wakil dari Belanda. Mereka berjuang untuk
mendapatkan emas dalam olimpiade ini. Sebelum beranjak ke final, mereka diberi
sedikit waktu untuk beristirahat.
“Akasa, selamat ya. Semangat!” mata
Raya meneteskan air mata.
“Makasi Yak, kamu emang bestfriend
aku banget. Jangan nangis dong. Tenang aja aku bakalan menang. Kamu siap-siap
aja nraktir aku makan.” Akasa tersenyum dan mengacak-acak rambut Raya.
“Akasa! Kamu harus jadi yang
terbaik.” Teriak Raya saat Akasa hendak menuju ruang lomba.
Hati Rara berdetak ‘dag dig dug’
saat Akasa masuk keruangan lomba. Raya terus berdoa supaya rivalnya mendapatkan
hasil yang terbaik. Meskipun Raya memang kalah dalam olimpiade itu tapi ia tak
mau untuk putus asa dan membenci sahabatnya yang masuk final. Justru ia
mendoakan Akasa agar mendapat emas sesuai harapan sekolah mereka.
Pengumuman hasil olimpiade
dibacakan, Raya duduk disamping Akasa. Akasa lagi-lagi sangat tenang. Laki-laki
itu menyimak hasil pengumuman dengan seksama. Saat nama AKASA DINARGA dibacakan
menjadi THE WINNER OF PHYSICS COMPETITION YEAR 2012 Raya sontak heboh. Ia
menangis bangga sekaligus terharu. Akasa naik ke panggung dengan senyum lebar. Menambah
manis sosok pria gagah ini. Ia mendapat banyak sekali hadiah dan beasiswa.
Turun dari panggung Raya segera
memeluknya.
“kamu emang rival paling baik Yak.”
Akasa mendekap Raya dengan erat
“Kamu bisa minta aku traktir kamu
dimanapun tempat kamu mau. Suer!” Raya masih menangis dipelukan Akasa.
“Ra, aku boleh minta sesuatu nggak
dari kamu? Bukan traktiran.” Akasa melepas pelukan dan menatap Raya dengan
tatapan matanya yang tajam.
“Apa?” Raya masih meneteskan air
mata.
“Mau nggak kamu jadi cewek aku?”
akasa menggenggam tangan Raya dengan erat.
“Kamu nggak salah ngomong? Apa aku
salah denger?” Raya masih sibuk mengelap air matanya.
“Raya, aku serius. Kamu mau kan jadi
cewek aku?” Akasa setengah memohon pada Raya.
“Mau gak ya?” Raya menatap Akasa
dengan tatapan manja. Mereka kembali berpelukan.
Kini, mereka bukanlah seorang
sahabat sekaligus rival kembali. Namun menjadi pasangan yang sangat serasi . Pasangan
yang bisa mengharumkan nama sekolah mereka di ajang internasional.
Tamat-
0 komentar:
Post a Comment